Contoh Puisi Pendidikan Tentang Keadilan dan Nasionalisme
Sedang mencari puisi bertema pendidikan? puisi merupakan bentuk ekspresi perasaan yang bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Ada banyak tema puisi, dan beberapa diantaranya bisa mengandung amanat keadilan dan rasa cinta kepada tanah air. Kali ini kosngosan akan memberikan contoh nya yang ditulis sendiri oleh admin dan bisa kamu gunakan untuk update status di facebook, twitter, whatsapp dan caption di instagram.
Sewaktu masih sekolah kita sering ditugaskan untuk membaca puisi dalam pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu ada banyak sekali jenis soal yang mengharuskan kita untuk mencari amanat atau isi pesan dalam sebuah puisi.
Namun tahukah sobat kosngosan apa defenisi puisi yang sebenarnya? Puisi Pada dasarnya adalah suatu karya sastra yang menggunakan bahasa yang dipersingkat serta memiliki kepadatan makna yang diberi Irama sesuai bunyi dengan pemilihan kata yang imajinatif.
Puisi sendiri dapat dibagi 2 seperti puisi lama dan puisi baru. Apabila kita berbicara mengenai puisi lama maka ini memiliki Rima baris bait divisi dan sebagainya, sementara untuk puisi baru lebih bersifat fleksibel dan bebas. Dan contoh puisi yang akan mimin berikan dibwah ini, adalah jenis puisi baru
Baca juga : Rahasia Menulis Karya Sastra yang Baik dan Benar dari Tere Liye
Walaupun saat ini keberadaan puisi sudah mulai ditinggalkan oleh generasi milenial, karena mereka lebih menyukai karya sastra baru yang lebih visual dan menarik seperti komik strip, meme dan sebagainya.
Namun keberadaan puisi tidaklah mudah untuk di gerus zaman. Karena keberadaannya sendiri sangat erat dengan tradisi dan kebudayaan masyarakat Indonesia, Sama halnya dengan pantun dan gurindam. Namun sebagai upaya untuk menjaga kelestariannya kita perlu mengajarkan cara menulis puisi, membaca puisi, dan juga mencari amanat dalam puisi kepada anak-anak kita kelak.
Beberapa contoh puisi di bawah ini merupakan hasil tulisan dari mimin kosngosan pribadi. Jadi apabila kamu hendak menggunakannya kamu cukup menyertakan nama pembuatnya saja yang sudah mimin lampirkan dibawah. Semoga sobat kosngosan menjadi manusia yang bisa menghargai karya dari orang lain.
PUISI TAPAL BATAS BORNEO
Oleh : Muhammad Reza Harahap
Di tapal batas negeri borneo antara gonjang-ganjing titik nadir.
Pribumi dayak itu terkoyak, terluput dari senayan.
Korban kebengisan penguasa adikuasa.
Betapa neraca perhatian timpang, ditindih birokrasi pelik.
Suka atau tidak suka, panji patriot itu meluntur digadai urgensi.
Darahku Indonesia, Jendral! Tapi nafasku, siapa yang punya?
Dadaku garuda, Anggota Dewan! Tapi anak-anakku, sekolah kemana?
Inikah perspektif kalian, perbatasan adalah ujung akhir nusantara?
Kami, adalah barikade pertama terhadap negeri jiran.
Malam berbinar itu utopia produk retorika nakhoda nusantara ini.
Irikah kami, melihat malam benderang disana?
Sejahtera itu fatamorgana ditengah pulau Maratua.
Makmurkah kami, oleh tangan atas peniaga tetangga?
Kesehatan itu kerumunan setan diantara bangsal busuk.
Kebalkah kami, ditangan manusia medis diraja?
Dengarlah, Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal yang tinggal di daerah tak tertinggal.
Sang nakhoda negeri jiran menghidupkan pos di ujung teritorialnya.
Sementara kalian sibuk politik penuh intrik sampai berpenyakit.
Tidakkah kalian iri dengan murid yang mendahului gurunya?
Atau guru itu pensiun, menerima pesangon lalu bersantai hura-hura?
Nakhoda nusantara tercinta,
kami, adalah ironi, dari tirani yang tidak berkesudahan.
Seorang Veteran Tua
Oleh : Muhammad Reza Harahap
Seorang veteran tua beretorika di depan mahkamah pengguguran dosa,
Bahwa bagaimana mungkin hukum menusuk mahluk busuk, menjunjung orang agung?
Ia bertelanjang, menuding kejang hakim, menggertak mengintimidasi,
Adakah yang mulia mengaspirasi kami?
Jaksa tua itu mendakwa dengan buta,
Advokat bangsat menjerat penasihat bejat,
Veteran tua itu menggelisah, mencari sekeping hak,
Ia merana tatkala neraca disana diberi pemberat sebelah,
Apakah yang mulia seorang pesulap bathil sim-salabim menjadi hak?
Seberapa jarak hak dan bathil itu, yang mulia?
Satu amstrong.
Adakah kaum papa berjaya di tahtamu, yang mulia?
Selama hasrat kaya-mu merajalela, tidak.
Transaksi penuh intrik di belakang layar-kah keinginanmu, yang mulia?
Veteran tua itu kini berbalik seperti pecundang.
Ia menggantung harapan kepada nakhoda nusantara di istana.
Sang nakhoda memberi grasi untuk corby, apalagi untuk veteran tua seperti dia?
Dimana nakhoda itu, sesulit mencari pati di tumpukan jerami
Bisakah nakhoda itu mencuri pandang kepadanya?
Veteran tua itu merangkak naik ke istana.
Algojo merongrong tubuh keriputnya.
Ia kalah sebelum berperang.
Veteran tua itu menggigit jari hingga kembali.
Mencintai-mu adalah Nasionalisme-ku
Dulu semua orang sangat bersemangat
Memakai baju daerah dan ikut pesta rakyat
Semua bernyanyi dengan lantangnya
Indonesia Raya, merdeka, merdeka
Akan tetapi lihatlah zaman sekarang
Semuanya malah memegang teknologi
Sekarang memakai baju luar negeri
Malah menyanyikan lagu luar negeri
Dimana identitas kita?
Tahukah kamu budaya Indonesia seperti apa?
Banyak yang sepele, lupa dan apatis
Ada yang tidak menyukai, bahkan memaki
Apa ini generasi kita?
Hilangkah Nasionalisme negara kita ini ditelan waktu?
Masih ada rasa bangga terhadap mu, duhai ibu pertiwi?
Masihkah mencintai negeri dengan nasionalisme khas pahlawan?
Budaya saja sudah antisosial,
Apa lagi pesta rakyat dan baju daerah,
Serta hal lain yang berhubungan dengan itu
Semoga Indonesia lebih baik dengan nasionalisme yang dulu.
Baca juga : Contoh Cerita Hikayat Pendek tentang Motivasi Kehidupan
Membaca puisi merupakan suatu kegiatan yang cukup mengasyikkan bagi mereka yang memang menyukai dunia sastra. Terlebih apabila kamu bisa menulis puisi dengan berbagai tujuan dan untuk mengekspresikan perasaanmu saat itu juga
Kamu juga bisa mengirimkan hasil karya puisimu kepada redaksi di koran atau majalah. Kalau sudah besar kamu bisa membuat buku kumpulan puisi yang kamu tulis dan mungkin bisa menjualnya lewat Google Play Book.
Yah semoga saja keberadaan puisi bisa kita lestarikan dan menjaganya untuk anak-anak kita di masa depan. Semoga artikel ini bermanfaat dan jangan lupa untuk membagikannya di sosial media kalian sebagai bentuk kontribusi untuk mendukung mimin supaya terus berkarya lagi
Sewaktu masih sekolah kita sering ditugaskan untuk membaca puisi dalam pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu ada banyak sekali jenis soal yang mengharuskan kita untuk mencari amanat atau isi pesan dalam sebuah puisi.
Namun tahukah sobat kosngosan apa defenisi puisi yang sebenarnya? Puisi Pada dasarnya adalah suatu karya sastra yang menggunakan bahasa yang dipersingkat serta memiliki kepadatan makna yang diberi Irama sesuai bunyi dengan pemilihan kata yang imajinatif.
Puisi sendiri dapat dibagi 2 seperti puisi lama dan puisi baru. Apabila kita berbicara mengenai puisi lama maka ini memiliki Rima baris bait divisi dan sebagainya, sementara untuk puisi baru lebih bersifat fleksibel dan bebas. Dan contoh puisi yang akan mimin berikan dibwah ini, adalah jenis puisi baru
Baca juga : Rahasia Menulis Karya Sastra yang Baik dan Benar dari Tere Liye
Walaupun saat ini keberadaan puisi sudah mulai ditinggalkan oleh generasi milenial, karena mereka lebih menyukai karya sastra baru yang lebih visual dan menarik seperti komik strip, meme dan sebagainya.
Namun keberadaan puisi tidaklah mudah untuk di gerus zaman. Karena keberadaannya sendiri sangat erat dengan tradisi dan kebudayaan masyarakat Indonesia, Sama halnya dengan pantun dan gurindam. Namun sebagai upaya untuk menjaga kelestariannya kita perlu mengajarkan cara menulis puisi, membaca puisi, dan juga mencari amanat dalam puisi kepada anak-anak kita kelak.
Contoh Puisi
Beberapa contoh puisi di bawah ini merupakan hasil tulisan dari mimin kosngosan pribadi. Jadi apabila kamu hendak menggunakannya kamu cukup menyertakan nama pembuatnya saja yang sudah mimin lampirkan dibawah. Semoga sobat kosngosan menjadi manusia yang bisa menghargai karya dari orang lain.
PUISI TAPAL BATAS BORNEO
Oleh : Muhammad Reza Harahap
Di tapal batas negeri borneo antara gonjang-ganjing titik nadir.
Pribumi dayak itu terkoyak, terluput dari senayan.
Korban kebengisan penguasa adikuasa.
Betapa neraca perhatian timpang, ditindih birokrasi pelik.
Suka atau tidak suka, panji patriot itu meluntur digadai urgensi.
Darahku Indonesia, Jendral! Tapi nafasku, siapa yang punya?
Dadaku garuda, Anggota Dewan! Tapi anak-anakku, sekolah kemana?
Inikah perspektif kalian, perbatasan adalah ujung akhir nusantara?
Kami, adalah barikade pertama terhadap negeri jiran.
Malam berbinar itu utopia produk retorika nakhoda nusantara ini.
Irikah kami, melihat malam benderang disana?
Sejahtera itu fatamorgana ditengah pulau Maratua.
Makmurkah kami, oleh tangan atas peniaga tetangga?
Kesehatan itu kerumunan setan diantara bangsal busuk.
Kebalkah kami, ditangan manusia medis diraja?
Dengarlah, Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal yang tinggal di daerah tak tertinggal.
Sang nakhoda negeri jiran menghidupkan pos di ujung teritorialnya.
Sementara kalian sibuk politik penuh intrik sampai berpenyakit.
Tidakkah kalian iri dengan murid yang mendahului gurunya?
Atau guru itu pensiun, menerima pesangon lalu bersantai hura-hura?
Nakhoda nusantara tercinta,
kami, adalah ironi, dari tirani yang tidak berkesudahan.
Seorang Veteran Tua
Oleh : Muhammad Reza Harahap
Seorang veteran tua beretorika di depan mahkamah pengguguran dosa,
Bahwa bagaimana mungkin hukum menusuk mahluk busuk, menjunjung orang agung?
Ia bertelanjang, menuding kejang hakim, menggertak mengintimidasi,
Adakah yang mulia mengaspirasi kami?
Jaksa tua itu mendakwa dengan buta,
Advokat bangsat menjerat penasihat bejat,
Veteran tua itu menggelisah, mencari sekeping hak,
Ia merana tatkala neraca disana diberi pemberat sebelah,
Apakah yang mulia seorang pesulap bathil sim-salabim menjadi hak?
Seberapa jarak hak dan bathil itu, yang mulia?
Satu amstrong.
Adakah kaum papa berjaya di tahtamu, yang mulia?
Selama hasrat kaya-mu merajalela, tidak.
Transaksi penuh intrik di belakang layar-kah keinginanmu, yang mulia?
Veteran tua itu kini berbalik seperti pecundang.
Ia menggantung harapan kepada nakhoda nusantara di istana.
Sang nakhoda memberi grasi untuk corby, apalagi untuk veteran tua seperti dia?
Dimana nakhoda itu, sesulit mencari pati di tumpukan jerami
Bisakah nakhoda itu mencuri pandang kepadanya?
Veteran tua itu merangkak naik ke istana.
Algojo merongrong tubuh keriputnya.
Ia kalah sebelum berperang.
Veteran tua itu menggigit jari hingga kembali.
Mencintai-mu adalah Nasionalisme-ku
Dulu semua orang sangat bersemangat
Memakai baju daerah dan ikut pesta rakyat
Semua bernyanyi dengan lantangnya
Indonesia Raya, merdeka, merdeka
Akan tetapi lihatlah zaman sekarang
Semuanya malah memegang teknologi
Sekarang memakai baju luar negeri
Malah menyanyikan lagu luar negeri
Dimana identitas kita?
Tahukah kamu budaya Indonesia seperti apa?
Banyak yang sepele, lupa dan apatis
Ada yang tidak menyukai, bahkan memaki
Apa ini generasi kita?
Hilangkah Nasionalisme negara kita ini ditelan waktu?
Masih ada rasa bangga terhadap mu, duhai ibu pertiwi?
Masihkah mencintai negeri dengan nasionalisme khas pahlawan?
Budaya saja sudah antisosial,
Apa lagi pesta rakyat dan baju daerah,
Serta hal lain yang berhubungan dengan itu
Semoga Indonesia lebih baik dengan nasionalisme yang dulu.
Baca juga : Contoh Cerita Hikayat Pendek tentang Motivasi Kehidupan
Kata Penutup
Membaca puisi merupakan suatu kegiatan yang cukup mengasyikkan bagi mereka yang memang menyukai dunia sastra. Terlebih apabila kamu bisa menulis puisi dengan berbagai tujuan dan untuk mengekspresikan perasaanmu saat itu juga
Kamu juga bisa mengirimkan hasil karya puisimu kepada redaksi di koran atau majalah. Kalau sudah besar kamu bisa membuat buku kumpulan puisi yang kamu tulis dan mungkin bisa menjualnya lewat Google Play Book.
Yah semoga saja keberadaan puisi bisa kita lestarikan dan menjaganya untuk anak-anak kita di masa depan. Semoga artikel ini bermanfaat dan jangan lupa untuk membagikannya di sosial media kalian sebagai bentuk kontribusi untuk mendukung mimin supaya terus berkarya lagi