Menghadapi Orang Egois yang Ingin Menang Sendiri dan Tidak Mau Kalah
Apa istilah ingin menang sendiri dalam berbicara? Egois? Sombong? dan bagaimana cara menghadapi orang egois seperti itu? Kali ini kosngosan akan membahasnya. Karena ada orang lain yang ingin menang sendiri dan tidak mau kalah ketika dibandingkan dengan berbagai keadaan. Sifat seperti ini memang harus dihadapi dengan tepat, jangan sampai menimbulkan permasalahan dikemudian hari.
Beberapa orang punya sifat tidak mau kalah baik dalam berbicara atau pun bertindak. Pada postingan kali ini, mimin akan membahas tentang menghadapi orang yang maunya menang sendiri. Pasti pusing kalau berhadapan dengan orang seperti ini. Kamu pernah menghadapi orang seperti ini?
Jadi untuk menghadapi orang yang maunya menang sendiri itu sebetulnya kamu harus tahu tentang 3 tingkat kebenaran. Jika kamu tidak tahu tentang 3 tingkat kebenaran, maka kamu pasti akan menjadi orang yang maunya menang sendiri.
Sekarang mimin ingin bertanya, mengapa ada orang yang maunya menang sendiri? Kamu harus tahu lebih dulu sebabnya itu kenapa. Penyebabnya dijawab oleh 3 tingkat kebenaran ini :
Tingkat kebenaran yang paling rendah adalah asumsi atau opini. Asumsi atau opini itu sendiri tingkat kebenarannya sangat rendah. Karena apa? Karena ini adalah tingkat kebenaran yang didasarkan oleh cara berpikir kamu sendiri. Sudut pkamung kamu sendiri. Prospektif kamu sendiri. Yang mana cara tersebut belum tentu benar.
Baca juga : Ini yang harus dilakukan bila depresi dan stress menyerang
Tingkat kebenaran kedua yang lebih tinggi daripada asumsi atau opini adalah isu atau rumor. Isu itu seringkali berkembang. Kamu bisa baca di media sosial, surat kabar, atau gosip dari sahabat-sahabat. Itu adalah isu.
Seringkali, kita itu suka mengambil kesimpulan dari isu. Padahal tingkat kebenarannya juga sedikit lebih rendah dari tingkat kebenaran yang ketiga. Tetapi sedikit lebih baik daripada tingkat kebenaran yang paling rendah tadi, yaitu opini atau asumsi kamu sendiri.
Tingkat yang kedua ini berbicara tentang isu. Isu yang berkembang menurut ini, menurut itu dan sebagainya. Padahal, belum tentu isu itu benar. Menurut kata orang ini, menurut saudara ini, menurut orang ini. Padahal belum tentu benar.
Bisa jadi kamu intrepretasikan atau terjemahkan dengan memakai cara berpikir kamu sendiri. Oleh sebab itu, tingkat kebenaran yang paling tinggi atau yang ketiga adalah fakta atau data. Jadi, orang-orang Indonesia seringkali beropini, seringkali menyebarkan berita, seringkali mengambil kesimpulan terlalu dini.
Padahal baru di tingkat asumsi dan di tingkat isu. Kamu belum mencari kebenaran data dan faktanya dahulu, tetapi kamu sudah berani mengambil kesimpulan. Oleh sebab itu, bijaklah dalam mengambil kesimpulan. Karena kebenaran yang paling rendah adalah “asumsi”.
Kebenaran yang ketiga adalah di tingkat kebenaran “Fakta atau data”. Oleh sebab itu jika kamu sudah punya datanya, faktanya sudah ada dalilnya dan sebagainya, maka kamu boleh mengambil ini sebagai sebuah kesimpulan.
Orang yang mau menangnya sendiri, seringkali dia hanya memaksakan kehendaknya di tingkat isu. Atau bahkan di tingkat asumsi. Bagaimana cara kamu menghadapi orang seperti ini? Kamu perlu tahu jenis dan tingkatan pertemanan terlebih dahulu.
Yang pertama, jika orang ini adalah sahabat kamu, buddy friend atau follower friend. Dari ketiga jenis sahabat tersebut, kalau memang sahabat itu hanyalah sahabat tertawa bersama, ya sudah.
Jika ada sahabat yang ingin menangnya sendiri, percaya pada mimin, tidak ada satu pun orang yang ingin bersahabat dengannya. Karena setiap ada dia, pasti grup ‘mengobrol’ itu kabur semuanya. Jika ada dia, semuanya pasti menghilangkan jejak.
Karena setiap kali berbicara, seolah-olah dia yang mendominasi pembicaraan. Dia menganggap dirinya yang paling baik. Menganggap dirinya yang paling pintar. Menganggap dirinya yang paling benar. Tidak mau mendengar pendapat orang lain.
Dan orang bicara satu, dia bicara sepuluh. Orang lain bicara sepuluh. Dia bicaranya seratus. Siapa yang betah? Atau kamu orang yang seperti ini? Jangan sampai ya. Kalau bisa, kamu menjadi orang yang banyak mendengar. Dan kalau bisa, nada suara kamu itu rendah. Nada suara kamu itu jangan mendominasi. Orang lain tidak suka cara berkomunikasi dengan nada yang tinggi.
Seringkali, maksud dari kebenaran yang ingin disampaikan itu tidak tersampaikan. Lalu, bagaimana kalau kamu menghadapi orang yang ingin menangnya sendiri, dan itu adalah bos kamu? Bos mimin suka menangnya sendiri, pak. Inilah resiko menjadi karyawan.
Mimin ingin memberitahu 2 aturan jika kamu bekerja di perusahaan. Aturan pertama adalah bos selalu benar. Kemudian yang kedua, apabila bos-mu suka marah, setiap hari suka memerintah, maka itu tergantung dari sikapmu menghadapinya.
Setiap hari suka marah atau mengamuk, mimin ingin memberitahu kamu satu fakta. Jika kamu menghadapi bos yang ingin menang sendiri, kembali lagi pada dua aturan itu tadi. Bahwa Bos selalu benar dan gaji kamu itu satu paket dengan dimarahi oleh bos
Dan itu termasuk pembenaran dari bos itu sendiri. Jadi kalau misalkan kamu pusing atau stress dengan aturan nomor dua, apalagi jika bosnya maunya menang sendiri, maunya marah-marah terus, kembali lagi pada aturan yang pertama yaitu bos selalu benar.
Sekarang bagaimana jika menghadapi orang yang maunya menang sendiri, tetapi orang ini tipikalnya adalah sahabat baik? Apakah kamu bisa bersahabat baik dengan dia, kok bisa tahan jika dia ingin selalu menang sendiri?
Atau kamu adalah tipe orang yang sabar? Kamu itu satu-satunya sahabat dari orang tersebut dan orang ini tidak punya banyak sahabat. Dan hanya kamu orang yang bisa mengerti dia dan memahami dia.
Memangnya kamu tidak punya sahabat lain? Sehingga, bisa-biasanya kamu menghadapi orang yang maunya selalu menang sendiri. Selalu berbicara di tingkat asumsi dan bukan bicara pada tingkat fakta.
Atau bagaimana kalau kamu sendiri yang sebenarnya tidak punya sahabat? Mimin ingin memberi mu nasehat, jika kamu mengalami hal seperti itu, sebaiknya pelan tapi pasti, tinggalkan dia. Sahabat itu banyak.
Kamu mungkin bisa berkata, “Jika saya tinggalkan dia, kan kasihan” Kamu harus memilih. Jika kamu kasihan, jangan komplain atau mengeluh. Jika kamu selalu komplain, jangan bersahabat dengan dia. Sesederhana itu bukan?
Untuk apa kamu bingung dan pusing? Untuk apa kamu galau terus? Menurut mimin, justru yang aneh itu diri kamu sendiri lho. Sahabat kamu maunya menang sendiri, tetapi kamu sendiri takut kehilangan dia. Kan itu aneh banget.
Ini yang paling penting, seperti “Bagaimana kalau misalnya orang yang ingin menangnya sendiri adalah keluarga kita sendiri?” Keluarga itu bisa jadi saudara, bisa jadi orang tua, bahkan bisa jadi anakmu sendiri.
Disini mimin ingin memberikan tips untuk selalu berhati-hati. Jika yang ingin menangnya sendiri adalah saudara, sebaiknya kamu perlu mengkaji lebih dalam lagi bila itu saudara kamu. Hubungannya cukup sebatas karena kamu saudara kandung.
Tetapi kalau cara berpikir kamu tidak cocok, dia maunya menangnya sendiri, ya sudah. Kamu terpaksa harus segera mandiri. Kamu tidak bisa serumah dengan dia.
Jika kamu saat ini belum menikah, belum berkeluarga dan kamu masih serumah, ya sesegera mungkin kamu harus mandiri. Mungkin kamu bisa bekerja dari pagi sampai malam, sehingga tidak ada waktu untuk ngobrol dengan mereka.
Kalau perlu kamu merantau, sehingga tidak perlu di rumah. Atau kalau perlu kamu tinggal di rumah sendiri, ngekost sendiri atau yang lainnya. Banyak perantau yang masalahnya selesai. Jadi, tidak perlu ribut dengan orang satu rumah.
Bagaimana jika orang tua mu sendiri? Ini agak repot sih, karena jika orang tua kamu sendiri, seringkali persepsinya tidak bisa dipaksakan. Karena orang tua punya persepsinya, dan kamu juga punya persepsi kamu sendiri.
Oleh sebab itu, jika menghadapi orang yang maunya menang sendiri dan itu orang tua, tips mimin hanya satu. Sesegera mungkin kamu harus mandiri. Jika kamu punya kehidupan sendiri, kamu punya keluarga sendiri, maka kamu sebetulnya juga bisa memberikan sebuah solusi. Apapun masalahnya.
Mungkin solusi finansial? Mimin tidak mau membahas ini terlalu jauh. Tetapi poin yang ingin mimin sampaikan adalah bagaimana kamu bisa menghadapi orang yang maunya menang sendiri. Jika orang itu adalah adalah orang terdekat kamu, kuncinya nomor satu adalah “kamu harus segera mandiri”.
Secepat mungkin kamu harus mandiri. Dan bagaimana kalau yang kamu hadapi adalah anak kamu sendiri? Kemungkinan besar anak kamu masih pada fase labil. Usia 12-18 tahun. Usia 12-18 tahun adalah usia yang memang rawan dan labil. Karena mereka masih ABG.
Tetapi ketika anak kamu sudah melewati usia 18 tahun, dia mungkin bisa lebih dewasa dan lebih tenang. Tetapi jika karakternya tetap tidak bisa berubah, kamu sebagai seorang ayah, mau bagaimana lagi? Kamu sebagai seorang ibu, mau bagaimana lagi? Apalagi jika keluarga besar. Anaknya sepuluh. Memang seringkali ribut. Anak dua saja terkadang masih bisa ribut.
Jika kamu bisa memahami orang-orang dari berbagai kepribadian, maka otomatis kamu tidak akan memaksakan kehendak sendiri. Terlebih lagi jika kamu memahami 3 tingkat kebenaran itu tadi. Kamu suka berbicara dan memaksakan kehendak kamu di tingkat kebenaran yang mana?
Baca juga : Cara Mengatasi Orang Susah Bergaul dan Fakta Mengenai Anak Introvert
Jika kamu memaksakan kehendak kamu di tingkat yang ketiga, kamu adalah orang yang benar benar cerdas. Tetapi kalau tidak, mungkin kamu memiliki pemikiran pendek? Orang yang belum berpikir secara fakta dan data, tetapi kamu sudah marah-marah sendiri, maunya menang sendiri, atau memaksakan kehendak kamu sendiri. Hidup saja di hutan.
Sekian dari mimin kosngosan. Kamu menyukai postingan seperti ini jangan lupa bagikan dan kasih komentar dibawah ini ya. Semoga bermanfaat dan kamu bisa mengambil hikmahnya.
Beberapa orang punya sifat tidak mau kalah baik dalam berbicara atau pun bertindak. Pada postingan kali ini, mimin akan membahas tentang menghadapi orang yang maunya menang sendiri. Pasti pusing kalau berhadapan dengan orang seperti ini. Kamu pernah menghadapi orang seperti ini?
Jadi untuk menghadapi orang yang maunya menang sendiri itu sebetulnya kamu harus tahu tentang 3 tingkat kebenaran. Jika kamu tidak tahu tentang 3 tingkat kebenaran, maka kamu pasti akan menjadi orang yang maunya menang sendiri.
Sekarang mimin ingin bertanya, mengapa ada orang yang maunya menang sendiri? Kamu harus tahu lebih dulu sebabnya itu kenapa. Penyebabnya dijawab oleh 3 tingkat kebenaran ini :
Tingkat kebenaran yang paling rendah adalah asumsi atau opini. Asumsi atau opini itu sendiri tingkat kebenarannya sangat rendah. Karena apa? Karena ini adalah tingkat kebenaran yang didasarkan oleh cara berpikir kamu sendiri. Sudut pkamung kamu sendiri. Prospektif kamu sendiri. Yang mana cara tersebut belum tentu benar.
Baca juga : Ini yang harus dilakukan bila depresi dan stress menyerang
Tingkat kebenaran kedua yang lebih tinggi daripada asumsi atau opini adalah isu atau rumor. Isu itu seringkali berkembang. Kamu bisa baca di media sosial, surat kabar, atau gosip dari sahabat-sahabat. Itu adalah isu.
Seringkali, kita itu suka mengambil kesimpulan dari isu. Padahal tingkat kebenarannya juga sedikit lebih rendah dari tingkat kebenaran yang ketiga. Tetapi sedikit lebih baik daripada tingkat kebenaran yang paling rendah tadi, yaitu opini atau asumsi kamu sendiri.
Tingkat yang kedua ini berbicara tentang isu. Isu yang berkembang menurut ini, menurut itu dan sebagainya. Padahal, belum tentu isu itu benar. Menurut kata orang ini, menurut saudara ini, menurut orang ini. Padahal belum tentu benar.
Bisa jadi kamu intrepretasikan atau terjemahkan dengan memakai cara berpikir kamu sendiri. Oleh sebab itu, tingkat kebenaran yang paling tinggi atau yang ketiga adalah fakta atau data. Jadi, orang-orang Indonesia seringkali beropini, seringkali menyebarkan berita, seringkali mengambil kesimpulan terlalu dini.
Padahal baru di tingkat asumsi dan di tingkat isu. Kamu belum mencari kebenaran data dan faktanya dahulu, tetapi kamu sudah berani mengambil kesimpulan. Oleh sebab itu, bijaklah dalam mengambil kesimpulan. Karena kebenaran yang paling rendah adalah “asumsi”.
Kebenaran yang ketiga adalah di tingkat kebenaran “Fakta atau data”. Oleh sebab itu jika kamu sudah punya datanya, faktanya sudah ada dalilnya dan sebagainya, maka kamu boleh mengambil ini sebagai sebuah kesimpulan.
Bagaimana mengatasi orang yang maunya menang sendiri?
Orang yang mau menangnya sendiri, seringkali dia hanya memaksakan kehendaknya di tingkat isu. Atau bahkan di tingkat asumsi. Bagaimana cara kamu menghadapi orang seperti ini? Kamu perlu tahu jenis dan tingkatan pertemanan terlebih dahulu.
Yang pertama, jika orang ini adalah sahabat kamu, buddy friend atau follower friend. Dari ketiga jenis sahabat tersebut, kalau memang sahabat itu hanyalah sahabat tertawa bersama, ya sudah.
Jika ada sahabat yang ingin menangnya sendiri, percaya pada mimin, tidak ada satu pun orang yang ingin bersahabat dengannya. Karena setiap ada dia, pasti grup ‘mengobrol’ itu kabur semuanya. Jika ada dia, semuanya pasti menghilangkan jejak.
Karena setiap kali berbicara, seolah-olah dia yang mendominasi pembicaraan. Dia menganggap dirinya yang paling baik. Menganggap dirinya yang paling pintar. Menganggap dirinya yang paling benar. Tidak mau mendengar pendapat orang lain.
Dan orang bicara satu, dia bicara sepuluh. Orang lain bicara sepuluh. Dia bicaranya seratus. Siapa yang betah? Atau kamu orang yang seperti ini? Jangan sampai ya. Kalau bisa, kamu menjadi orang yang banyak mendengar. Dan kalau bisa, nada suara kamu itu rendah. Nada suara kamu itu jangan mendominasi. Orang lain tidak suka cara berkomunikasi dengan nada yang tinggi.
Seringkali, maksud dari kebenaran yang ingin disampaikan itu tidak tersampaikan. Lalu, bagaimana kalau kamu menghadapi orang yang ingin menangnya sendiri, dan itu adalah bos kamu? Bos mimin suka menangnya sendiri, pak. Inilah resiko menjadi karyawan.
Mimin ingin memberitahu 2 aturan jika kamu bekerja di perusahaan. Aturan pertama adalah bos selalu benar. Kemudian yang kedua, apabila bos-mu suka marah, setiap hari suka memerintah, maka itu tergantung dari sikapmu menghadapinya.
Setiap hari suka marah atau mengamuk, mimin ingin memberitahu kamu satu fakta. Jika kamu menghadapi bos yang ingin menang sendiri, kembali lagi pada dua aturan itu tadi. Bahwa Bos selalu benar dan gaji kamu itu satu paket dengan dimarahi oleh bos
Dan itu termasuk pembenaran dari bos itu sendiri. Jadi kalau misalkan kamu pusing atau stress dengan aturan nomor dua, apalagi jika bosnya maunya menang sendiri, maunya marah-marah terus, kembali lagi pada aturan yang pertama yaitu bos selalu benar.
Sekarang bagaimana jika menghadapi orang yang maunya menang sendiri, tetapi orang ini tipikalnya adalah sahabat baik? Apakah kamu bisa bersahabat baik dengan dia, kok bisa tahan jika dia ingin selalu menang sendiri?
Atau kamu adalah tipe orang yang sabar? Kamu itu satu-satunya sahabat dari orang tersebut dan orang ini tidak punya banyak sahabat. Dan hanya kamu orang yang bisa mengerti dia dan memahami dia.
Memangnya kamu tidak punya sahabat lain? Sehingga, bisa-biasanya kamu menghadapi orang yang maunya selalu menang sendiri. Selalu berbicara di tingkat asumsi dan bukan bicara pada tingkat fakta.
Atau bagaimana kalau kamu sendiri yang sebenarnya tidak punya sahabat? Mimin ingin memberi mu nasehat, jika kamu mengalami hal seperti itu, sebaiknya pelan tapi pasti, tinggalkan dia. Sahabat itu banyak.
Kamu mungkin bisa berkata, “Jika saya tinggalkan dia, kan kasihan” Kamu harus memilih. Jika kamu kasihan, jangan komplain atau mengeluh. Jika kamu selalu komplain, jangan bersahabat dengan dia. Sesederhana itu bukan?
Untuk apa kamu bingung dan pusing? Untuk apa kamu galau terus? Menurut mimin, justru yang aneh itu diri kamu sendiri lho. Sahabat kamu maunya menang sendiri, tetapi kamu sendiri takut kehilangan dia. Kan itu aneh banget.
Ini yang paling penting, seperti “Bagaimana kalau misalnya orang yang ingin menangnya sendiri adalah keluarga kita sendiri?” Keluarga itu bisa jadi saudara, bisa jadi orang tua, bahkan bisa jadi anakmu sendiri.
Disini mimin ingin memberikan tips untuk selalu berhati-hati. Jika yang ingin menangnya sendiri adalah saudara, sebaiknya kamu perlu mengkaji lebih dalam lagi bila itu saudara kamu. Hubungannya cukup sebatas karena kamu saudara kandung.
Tetapi kalau cara berpikir kamu tidak cocok, dia maunya menangnya sendiri, ya sudah. Kamu terpaksa harus segera mandiri. Kamu tidak bisa serumah dengan dia.
Jika kamu saat ini belum menikah, belum berkeluarga dan kamu masih serumah, ya sesegera mungkin kamu harus mandiri. Mungkin kamu bisa bekerja dari pagi sampai malam, sehingga tidak ada waktu untuk ngobrol dengan mereka.
Kalau perlu kamu merantau, sehingga tidak perlu di rumah. Atau kalau perlu kamu tinggal di rumah sendiri, ngekost sendiri atau yang lainnya. Banyak perantau yang masalahnya selesai. Jadi, tidak perlu ribut dengan orang satu rumah.
Bagaimana jika orang tua mu sendiri? Ini agak repot sih, karena jika orang tua kamu sendiri, seringkali persepsinya tidak bisa dipaksakan. Karena orang tua punya persepsinya, dan kamu juga punya persepsi kamu sendiri.
Oleh sebab itu, jika menghadapi orang yang maunya menang sendiri dan itu orang tua, tips mimin hanya satu. Sesegera mungkin kamu harus mandiri. Jika kamu punya kehidupan sendiri, kamu punya keluarga sendiri, maka kamu sebetulnya juga bisa memberikan sebuah solusi. Apapun masalahnya.
Mungkin solusi finansial? Mimin tidak mau membahas ini terlalu jauh. Tetapi poin yang ingin mimin sampaikan adalah bagaimana kamu bisa menghadapi orang yang maunya menang sendiri. Jika orang itu adalah adalah orang terdekat kamu, kuncinya nomor satu adalah “kamu harus segera mandiri”.
Secepat mungkin kamu harus mandiri. Dan bagaimana kalau yang kamu hadapi adalah anak kamu sendiri? Kemungkinan besar anak kamu masih pada fase labil. Usia 12-18 tahun. Usia 12-18 tahun adalah usia yang memang rawan dan labil. Karena mereka masih ABG.
Tetapi ketika anak kamu sudah melewati usia 18 tahun, dia mungkin bisa lebih dewasa dan lebih tenang. Tetapi jika karakternya tetap tidak bisa berubah, kamu sebagai seorang ayah, mau bagaimana lagi? Kamu sebagai seorang ibu, mau bagaimana lagi? Apalagi jika keluarga besar. Anaknya sepuluh. Memang seringkali ribut. Anak dua saja terkadang masih bisa ribut.
Jika kamu bisa memahami orang-orang dari berbagai kepribadian, maka otomatis kamu tidak akan memaksakan kehendak sendiri. Terlebih lagi jika kamu memahami 3 tingkat kebenaran itu tadi. Kamu suka berbicara dan memaksakan kehendak kamu di tingkat kebenaran yang mana?
Baca juga : Cara Mengatasi Orang Susah Bergaul dan Fakta Mengenai Anak Introvert
Jika kamu memaksakan kehendak kamu di tingkat yang ketiga, kamu adalah orang yang benar benar cerdas. Tetapi kalau tidak, mungkin kamu memiliki pemikiran pendek? Orang yang belum berpikir secara fakta dan data, tetapi kamu sudah marah-marah sendiri, maunya menang sendiri, atau memaksakan kehendak kamu sendiri. Hidup saja di hutan.
Sekian dari mimin kosngosan. Kamu menyukai postingan seperti ini jangan lupa bagikan dan kasih komentar dibawah ini ya. Semoga bermanfaat dan kamu bisa mengambil hikmahnya.