Laporan Budidaya Sorgum Teknologi Budidaya Pertanian
BAB. I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan pertanian tanaman pangan di Indonesia merupakan simbol pembangunan pertanian nasional yang meliputi padi dan palawija. Namun dilain pihak pengembangan tanaman serealia lainnya selain padi dan jagung sangat diharapkan untuk menunjang pengembangan diversifikasi pangan sebagai bahan alternatif untuk memenuhi kebutuhan akan pangan non beras.
Tanaman sorgum di Indonesia sebenarnya sudah sejak lama dikenal tetapi pengembangannya tidak sebaik padi dan jagung, hal ini dikarenakan masih sedikitnya daerah yang memanfaatkan tanaman sorgum sebagai bahan pangan. Tanaman ini mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan secara komersial di Indonesia, karena didukung oleh kondisi agroekologis dan ketersediaan lahan yang cukup luas.
Sorgum juga sangat potensial untuk diangkat menjadi komoditas agroindustri karena mempunyai beberapa keunggulan seperti dapat tumbuh di lahan kering dan sawah pada musim kering/ kemarau,resiko kegagalan kecil dan pembiayaan (input) usahataninya relative rendah. Selain budidaya yang mudah, sorgum juga mempunyai manfaat yang sangat luas antara lain untuk pakan ternak, bahan baku industri makanan dan minuman, bahan baku untuk media jamur merang (mushroom), industri alkohol, bahan baku etanol dan sebagainya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu tanaman sorgum?
2. Bagaimana taksonomi dari tanaman sorgum?
3. Bagaimana morfologi dari tanaman sorgum?
4. Bagaimana fisiologi dari tanaman sorgum?
5. Bagaimana cara budidaya tanaman sorgum?
1.3. Manfaat
1. Untuk menambah wawasan pembaca tentang kebutuhan pangan di Indonesia
2. Untuk mengetahui taksonomi tanaman sorgum
3. Untuk mengetahui morfologi tanaman sorgum
4. Untuk mengetahui fisiologi tanaman sorgum
5. Agar masyarakat mengetahui cara pembudidayaan sorgum,terutama petani.
6. Menambah wawasan pembaca tentang tanaman sorgum.
1.4. Tujuan
Tujuan kelompok kami untuk membuat makalah Dasar-Dasar Teknologi Budidaya merupakan untuk memenuhi syarat kompetensi mahasiswa dalam membudidayakan tanaman pangan, seperti tanaman sorgum. Dan juga makalah ini merupakan tugas akhir dari pratikum matakuliah Dasar-Dasar Teknologi Budidaya.
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA
Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman pangan penting kelima di dunia setelah padi, gandum, jagung dan barley (Reddy et al.2007a). Daerah asal tanaman sorgum baik spesies liar maupun spesies budidaya ditemukan di Afrika. Hingga saat ini 90% luas lahan pertanaman berada diwilayah Afrika dan Asia (Acquaah 2007).
2.1. Taksonomi Sorgum
Sorgum mempunyai nama umum yang beragam, yaitu sorghum di Amerika Serikat dan Australia, durra di Afrika, jowar di India, bachanta di Ethiopia (FAO, 2007), dan cantel di Jawa (Hoeman, 2007).
Sorgum yang dibudidayakan di Indonesia mempunyai nama ilmiah Sorgum - bicolor (L) Moech. Nama yang sinonim dengan nama itu adalah : Holchus Sorghum L ; Andropogan sorghum (L) Bot ; Sorghum Vulaare Pers. Selain itu disetiap daerah pengembangannya sorgum dikenal dengan nama : Great Millet, guinea Cora (Afrika Barat) ; Kafir Corn (Afrika Selatan) ; Milo Sorgo (Amerika Serikat) ; Kaoliang (Cina) ; Durra (Sudan) Mtama (Afrika Barat) ; Jola (Jawa) ; Chotam (India).
Dalam sistem taksonomi tumbuhan, sorgum termasuk Divisi Angiospermae yaitu jenis tumbuhan dengan biji tertutup; Kelas Monocotyledoneae yaitu jenis tumbuhan yang mempunyai biji berkeping satu dengan Sub-kelas Liliopsida; Ordo Poales yang dicirikan melalui bentuk tanaman dengan siklus hidup bersifat annual atau semusim; Famili Poaceae atau Gramineae yaitu tumbuhan jenis rumput-rumputan dengan karakteristik batang berbentuk silinder dengan buku-buku yang jelas; dan Genus Sorghum (Tjitrosoepomo, 2000).
Tanaman sorgum setidaknya memiliki 30 spesies, namun yang sangat umum dibudidayakan meliputi tiga spesies, yaitu Sorghum helepense (L.) Pers., Sorghum propinquum (Kunth) Hitchc., dan Sorghum bicolor (L.) Moench. (De Wet et al., 1970 dalam House, 1985). Dari ketiga spesies tersebut yang sangat populer dan menjadi tanaman komersial di dunia adalah S. bicolor (L.) Moench. Penyebaran spesies ini meliputi seluruh dunia yang dikembangkan sebagai tanaman pangan, pakan ternak, dan bahan baku berbagai industri (House, 1985).
Berdasarkan pada tipe spikelet (bentuk bulir), S. bicolor dibagi menjadi 5 ras dasar, yaitu bicolor, guinea, caudatum, kafir, dan durra. Karakteristik ras bicolor yaitu bentuk bulir panjang hampir menyerupai bulir padi, guinea bentuk bulirnya bulat dengan posisi menapak secara dorso-ventral, caudatum bentuk bulir tidak simetris, kafir bentuk bulir mendekati simetris, sedangkan durra bentuk bulirnya bulat pada bagian atas dengan bagian dasar menyempit.
Selain lima ras dasar tersebut terdapat 10 ras hibrida hasil persilangan antara dua ras dasar (Harland dan De Wet, 1972 dalam House, 1985). Ras hibrida yang dikembangkan di Amerika Serikat telah menjadikan negara ini sebagai produsen dan eksportir sorgum terbesar di dunia dengan produksi rata-rata 17,50 juta ton/tahun, sedangkan total produksi sorgum dunia berkisar 63,90 juta ton/ tahun (FAO-ICRISAT, 1996).
2.2. Morfologi Sorgum
Sebagai tanaman yang termasuk kelas monokotiledone, sorgum mempunyai sistem perakaran serabut. Akar primer tumbuh pada saat proses perkecambahan berlangsung dan seiring dengan proses pertumbuhan tanaman muncul akar sekunder pada ruas pertama. Akar sekunder kemudian berkembang secara ekstensif yang diikuti matinya akar primer.
Pada tahap selanjutnya, akar sekunder inilah yang kemudian berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara serta memperkokoh tegaknya batang. Keunggulan sistem perakaran pada tanaman sorgum yaitu sanggup menopang pertumbuhan dan perkembangan tanaman ratun (ratoon) hingga dua atau tiga kali lebih dengan akar yang sama (House, 1985).
Tanaman sorgum mempunyai batang yang merupakan rangkain berseri dari ruas (internodes) dan buku (nodes). Bentuk batangnya silinder dengan ukuran diameter batang pada bagian pangkal antara 0,5-5,0 cm.Tinggi batang tanaman sorgum bervariasi yaitu antara 0,5-4,0 m tergantung pada varietas (House, 1985).
Tinggi batang sorgum manis yang dikembangkan di China dapat mencapai 5 m, dan struktur tanaman yang tinggi sangat ideal dikembangkan untuk pakan ternak dan penghasil gula (FAO, 2002). Pada beberapa varietas sorgum batangnya dapat menghasilkan tunas baru membentuk percabangan atau anakan dan dapat tumbuh menjadi individu baru selain batang utama (Steenis, 1975 dalam House, 1985).
Sorgum mempunyai daun berbentuk seperti pita sebagaimana jagung atau padi dengan struktur daun terdiri atas helai daun dan tangkai daun. Posisi daun terdistribusi secara berlawanan sepanjang batang dengan pangkal daun menempel pada nodes. Daun sorgum rata-ratapanjangnya satu meter dengan penyimpangan lebih kuran 10-15 cm (House, 1985). Jumlah daun bervariasi antara 13-40 helai tergantung varietas (Martin, 1970), namun Gardner et al. (1991) menyebutkan bahwa jumlah daun sorgum berkisar antara 7-14 helai.
Daun sangat penting sebagai organ fotosintesis yang merupakan produsen utama fotosintat sehingga dapat dijadikan sebagai indikator pertumbuhan terutama untuk menjelaskan proses pembentukan biomassa (Sitompul dan Guritno, 1995). Hasil penelitian Bullard dan York (1985) menunjukkan bahwa banyaknya daun tanaman sorgum berkorelasi tinggi dengan panjang periode vegetatif yang dibuktikan oleh setiap penambahan satu helai daun memerlukan waktu sekitar 3-4 hari.
Freeman (1970) menyebutkan bahwa tanaman sorgum juga mempunyai daun bendera (leaf blades) yang muncul paling akhir, yaitu bersamaan dengan inisiasi malai. Daun bendera muda bentuknya kaku dan tegak dan sangat penting artinya sebagai pintu transportasi fotosintat.
Sorgum termasuk tanaman menyerbuk sendiri (self pollination), dimana pada setiap malai terdapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah. Proses penyerbukan dan fertilisasi terjadi apabila glume atau sekam dari masing-masing bunga membuka. Karena proses membukanya glume antara bunga jantan dan bunga betina tidak selalu bersamaan, maka pollen dapat viable untuk jangka waktu 10-15 hari (House, 1985).
Malai tanaman sorgum beragam tergantung varietas dan dapat dibedakan berdasarkan posisi, kerapatan, dan bentuk. Berdasarkan posisi, malai sorgum ada yang tegak, miring dan melengkung; berdasarkan kerapatan, malai sorgum ada yang kompak, longgar, dan intermediate; dan berdasarkan pada bentuk malai ada yang oval, silinder, elip, seperti seruling, dan kerucut (Martin, 1970).
2.3. Fisiologi Sorgum
Sorgum sebagaimana tebu dan jagung digolongkan sebagai tanaman C-4, yaitu spesies tanaman yang menghasilkan asam empat karbon (asam malat dan aspartat) sebagai produk utama awal penambatan CO2.
Tanaman jenis ini dikenal sangat efisien dalam fotosintesis karena mempunyai sel mesofil dan sel seludang berkas yang keduanya dimanfaatkan untuk menambat CO2. Produk metabolisme hasil penambatan CO2 pada sel mesofil adalah asam malat dan asam aspartat, sedangkan pada sel seludang berkas adalah 3-phosphoglycerate acid (3-PGA), sukrosa, dan pati (Salisbury dan Ross, 1995).
Produk berupa asam malat dan asam aspartat yang dihasilkan oleh sel mesofil dengan cepat ditransfer ke sel seludang berkas, dan pada sel ini asam empat karbon tersebut mengalami dekarboksilasi dengan melepaskan CO2 yang kemudian ditambat oleh Rubisco untuk dirubah menjadi 3-PGA. Selain mekanisme tersebut, sel seludang berkas tanaman C-4 secara anatomi lebih tebal dibandingkan sel seludang berkas tanaman C-3 sehingga lebih banyak mengandung kloroplas, mitokondria, dan organel lain yang berperan sangat penting dalam proses fotosintesis (Salisbury dan Ross, 1995; Orsenigo et al., 1997; Taiz dan Zeiger, 2002).
Karakteristik tanaman C-4 yaitu pada penyinaran tinggi dan suhu panas tanaman ini mampu berfotosintesis lebih cepat sehingga menghasilkan biomassa yang lebih banyak dibandingkan tanaman C-3 (Salisbury dan Ross, 1995). Selain sebagai tanaman C-4, tingginya produktivitas tanaman sorgum juga didukung oleh fakta bahwa permukaan daunnya dilapisi oleh lilin yang dapat mengurangi laju transpirasi dan mempunyai sistem perakaran yang ekstensif. Kedua faktor ini menjadikan sorgum sangat efisien dan efektif dalam pemanfaatan air (House, 1985), sehingga produktivitas biomassa sorgum lebih tinggi dibandingkan jagung atau tebu yang sama-sama tanaman C-4 (Hoeman, 2007).
Keunggulan proses fisiologi tanaman sorgum lainnya adalah memiliki gen pengendali untuk berada dalam kondisi stay-green sejak fase pengisisan biji. Fenomena stay-green ini berhubungan dengan kandungan nitrogen daun spesifik (specific leaf nitrogen) yang lebih tinggi sehingga mampu meningkatkan efisiensi penggunaan radiasi dan transpirasi (Borrel et al., 2005). Fisiologi stay-green pada akhirnya mampu memperlambat proses senescen pada daun (Mahalakshmi dan Bidinger, 2002) sehingga tanaman sorgum mampu mengelola batang dan daunnya tetap hijau walaupun pasokan air sangat terbatas (Borrel et al., 2006).
Kemampuan sorgum beradaptasi pada kondisi kekeringan tidak terlepas dari karakter morfologi dan fisiologi di atas,sehingga sorgum dikenal sebagai tanaman yang toleran terhadap kekeringan. Beberapa karakter penting yang terdapat pada tanaman sorgum menurut SFSA (2003) adalah:
1. Menghasilkan akar yang lebih banyak dibandingkan tanaman serealia lainnya
2. Daun mempunyai lapisan lilin dan kemampuan menggulung sehingga meningkatkan efisiensi transpirasi, dapat dorman selama kekeringan dan tumbuh kembali ketika kondisi favorable, tanaman bagian atas (tajuk) akan tumbuh hanya setelah sistem perakaran berkembang dengan baik,
3. Mampu berkompetisi dengan bermacam-macam jenis gulma, dan
4. Mempunyai laju fotosintesis yang lebih tinggi dibandingkan tanaman serealia lainnya.
BAB. III BUDIDAYA
3.1. Persiapan Lahan
Kegiatan penyiapan lahan dilakukan sebagai media tempat pertumbuhan tanaman pangan sorgum secara optimal. Tujuannya adalah mempersiapkan lahan yang baik agar tanaman sorgum mendapatkan ruang perakaran yang baik, memperbaiki struktur tanah, memperbesar persediaan air, mempercepat pelapukan, meratakan tanah dan memberantas gulma. Adapun alat dan bahan yang diperlukan untuk membuka lahan adalah:
1. Kertas/alat tulis/penggaris
2. Bambu/golok/pisau
3. Cangkul/sekop/garpu
4. Meteran
5. Tali
6. Sprayer
1.1. Latar Belakang
Pembangunan pertanian tanaman pangan di Indonesia merupakan simbol pembangunan pertanian nasional yang meliputi padi dan palawija. Namun dilain pihak pengembangan tanaman serealia lainnya selain padi dan jagung sangat diharapkan untuk menunjang pengembangan diversifikasi pangan sebagai bahan alternatif untuk memenuhi kebutuhan akan pangan non beras.
Tanaman sorgum di Indonesia sebenarnya sudah sejak lama dikenal tetapi pengembangannya tidak sebaik padi dan jagung, hal ini dikarenakan masih sedikitnya daerah yang memanfaatkan tanaman sorgum sebagai bahan pangan. Tanaman ini mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan secara komersial di Indonesia, karena didukung oleh kondisi agroekologis dan ketersediaan lahan yang cukup luas.
Sorgum juga sangat potensial untuk diangkat menjadi komoditas agroindustri karena mempunyai beberapa keunggulan seperti dapat tumbuh di lahan kering dan sawah pada musim kering/ kemarau,resiko kegagalan kecil dan pembiayaan (input) usahataninya relative rendah. Selain budidaya yang mudah, sorgum juga mempunyai manfaat yang sangat luas antara lain untuk pakan ternak, bahan baku industri makanan dan minuman, bahan baku untuk media jamur merang (mushroom), industri alkohol, bahan baku etanol dan sebagainya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu tanaman sorgum?
2. Bagaimana taksonomi dari tanaman sorgum?
3. Bagaimana morfologi dari tanaman sorgum?
4. Bagaimana fisiologi dari tanaman sorgum?
5. Bagaimana cara budidaya tanaman sorgum?
1.3. Manfaat
1. Untuk menambah wawasan pembaca tentang kebutuhan pangan di Indonesia
2. Untuk mengetahui taksonomi tanaman sorgum
3. Untuk mengetahui morfologi tanaman sorgum
4. Untuk mengetahui fisiologi tanaman sorgum
5. Agar masyarakat mengetahui cara pembudidayaan sorgum,terutama petani.
6. Menambah wawasan pembaca tentang tanaman sorgum.
1.4. Tujuan
Tujuan kelompok kami untuk membuat makalah Dasar-Dasar Teknologi Budidaya merupakan untuk memenuhi syarat kompetensi mahasiswa dalam membudidayakan tanaman pangan, seperti tanaman sorgum. Dan juga makalah ini merupakan tugas akhir dari pratikum matakuliah Dasar-Dasar Teknologi Budidaya.
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA
Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman pangan penting kelima di dunia setelah padi, gandum, jagung dan barley (Reddy et al.2007a). Daerah asal tanaman sorgum baik spesies liar maupun spesies budidaya ditemukan di Afrika. Hingga saat ini 90% luas lahan pertanaman berada diwilayah Afrika dan Asia (Acquaah 2007).
2.1. Taksonomi Sorgum
Sorgum mempunyai nama umum yang beragam, yaitu sorghum di Amerika Serikat dan Australia, durra di Afrika, jowar di India, bachanta di Ethiopia (FAO, 2007), dan cantel di Jawa (Hoeman, 2007).
Sorgum yang dibudidayakan di Indonesia mempunyai nama ilmiah Sorgum - bicolor (L) Moech. Nama yang sinonim dengan nama itu adalah : Holchus Sorghum L ; Andropogan sorghum (L) Bot ; Sorghum Vulaare Pers. Selain itu disetiap daerah pengembangannya sorgum dikenal dengan nama : Great Millet, guinea Cora (Afrika Barat) ; Kafir Corn (Afrika Selatan) ; Milo Sorgo (Amerika Serikat) ; Kaoliang (Cina) ; Durra (Sudan) Mtama (Afrika Barat) ; Jola (Jawa) ; Chotam (India).
Dalam sistem taksonomi tumbuhan, sorgum termasuk Divisi Angiospermae yaitu jenis tumbuhan dengan biji tertutup; Kelas Monocotyledoneae yaitu jenis tumbuhan yang mempunyai biji berkeping satu dengan Sub-kelas Liliopsida; Ordo Poales yang dicirikan melalui bentuk tanaman dengan siklus hidup bersifat annual atau semusim; Famili Poaceae atau Gramineae yaitu tumbuhan jenis rumput-rumputan dengan karakteristik batang berbentuk silinder dengan buku-buku yang jelas; dan Genus Sorghum (Tjitrosoepomo, 2000).
Tanaman sorgum setidaknya memiliki 30 spesies, namun yang sangat umum dibudidayakan meliputi tiga spesies, yaitu Sorghum helepense (L.) Pers., Sorghum propinquum (Kunth) Hitchc., dan Sorghum bicolor (L.) Moench. (De Wet et al., 1970 dalam House, 1985). Dari ketiga spesies tersebut yang sangat populer dan menjadi tanaman komersial di dunia adalah S. bicolor (L.) Moench. Penyebaran spesies ini meliputi seluruh dunia yang dikembangkan sebagai tanaman pangan, pakan ternak, dan bahan baku berbagai industri (House, 1985).
Berdasarkan pada tipe spikelet (bentuk bulir), S. bicolor dibagi menjadi 5 ras dasar, yaitu bicolor, guinea, caudatum, kafir, dan durra. Karakteristik ras bicolor yaitu bentuk bulir panjang hampir menyerupai bulir padi, guinea bentuk bulirnya bulat dengan posisi menapak secara dorso-ventral, caudatum bentuk bulir tidak simetris, kafir bentuk bulir mendekati simetris, sedangkan durra bentuk bulirnya bulat pada bagian atas dengan bagian dasar menyempit.
Selain lima ras dasar tersebut terdapat 10 ras hibrida hasil persilangan antara dua ras dasar (Harland dan De Wet, 1972 dalam House, 1985). Ras hibrida yang dikembangkan di Amerika Serikat telah menjadikan negara ini sebagai produsen dan eksportir sorgum terbesar di dunia dengan produksi rata-rata 17,50 juta ton/tahun, sedangkan total produksi sorgum dunia berkisar 63,90 juta ton/ tahun (FAO-ICRISAT, 1996).
2.2. Morfologi Sorgum
Sebagai tanaman yang termasuk kelas monokotiledone, sorgum mempunyai sistem perakaran serabut. Akar primer tumbuh pada saat proses perkecambahan berlangsung dan seiring dengan proses pertumbuhan tanaman muncul akar sekunder pada ruas pertama. Akar sekunder kemudian berkembang secara ekstensif yang diikuti matinya akar primer.
Pada tahap selanjutnya, akar sekunder inilah yang kemudian berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara serta memperkokoh tegaknya batang. Keunggulan sistem perakaran pada tanaman sorgum yaitu sanggup menopang pertumbuhan dan perkembangan tanaman ratun (ratoon) hingga dua atau tiga kali lebih dengan akar yang sama (House, 1985).
Tanaman sorgum mempunyai batang yang merupakan rangkain berseri dari ruas (internodes) dan buku (nodes). Bentuk batangnya silinder dengan ukuran diameter batang pada bagian pangkal antara 0,5-5,0 cm.Tinggi batang tanaman sorgum bervariasi yaitu antara 0,5-4,0 m tergantung pada varietas (House, 1985).
Tinggi batang sorgum manis yang dikembangkan di China dapat mencapai 5 m, dan struktur tanaman yang tinggi sangat ideal dikembangkan untuk pakan ternak dan penghasil gula (FAO, 2002). Pada beberapa varietas sorgum batangnya dapat menghasilkan tunas baru membentuk percabangan atau anakan dan dapat tumbuh menjadi individu baru selain batang utama (Steenis, 1975 dalam House, 1985).
Sorgum mempunyai daun berbentuk seperti pita sebagaimana jagung atau padi dengan struktur daun terdiri atas helai daun dan tangkai daun. Posisi daun terdistribusi secara berlawanan sepanjang batang dengan pangkal daun menempel pada nodes. Daun sorgum rata-ratapanjangnya satu meter dengan penyimpangan lebih kuran 10-15 cm (House, 1985). Jumlah daun bervariasi antara 13-40 helai tergantung varietas (Martin, 1970), namun Gardner et al. (1991) menyebutkan bahwa jumlah daun sorgum berkisar antara 7-14 helai.
Daun sangat penting sebagai organ fotosintesis yang merupakan produsen utama fotosintat sehingga dapat dijadikan sebagai indikator pertumbuhan terutama untuk menjelaskan proses pembentukan biomassa (Sitompul dan Guritno, 1995). Hasil penelitian Bullard dan York (1985) menunjukkan bahwa banyaknya daun tanaman sorgum berkorelasi tinggi dengan panjang periode vegetatif yang dibuktikan oleh setiap penambahan satu helai daun memerlukan waktu sekitar 3-4 hari.
Freeman (1970) menyebutkan bahwa tanaman sorgum juga mempunyai daun bendera (leaf blades) yang muncul paling akhir, yaitu bersamaan dengan inisiasi malai. Daun bendera muda bentuknya kaku dan tegak dan sangat penting artinya sebagai pintu transportasi fotosintat.
Sorgum termasuk tanaman menyerbuk sendiri (self pollination), dimana pada setiap malai terdapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah. Proses penyerbukan dan fertilisasi terjadi apabila glume atau sekam dari masing-masing bunga membuka. Karena proses membukanya glume antara bunga jantan dan bunga betina tidak selalu bersamaan, maka pollen dapat viable untuk jangka waktu 10-15 hari (House, 1985).
Malai tanaman sorgum beragam tergantung varietas dan dapat dibedakan berdasarkan posisi, kerapatan, dan bentuk. Berdasarkan posisi, malai sorgum ada yang tegak, miring dan melengkung; berdasarkan kerapatan, malai sorgum ada yang kompak, longgar, dan intermediate; dan berdasarkan pada bentuk malai ada yang oval, silinder, elip, seperti seruling, dan kerucut (Martin, 1970).
2.3. Fisiologi Sorgum
Sorgum sebagaimana tebu dan jagung digolongkan sebagai tanaman C-4, yaitu spesies tanaman yang menghasilkan asam empat karbon (asam malat dan aspartat) sebagai produk utama awal penambatan CO2.
Tanaman jenis ini dikenal sangat efisien dalam fotosintesis karena mempunyai sel mesofil dan sel seludang berkas yang keduanya dimanfaatkan untuk menambat CO2. Produk metabolisme hasil penambatan CO2 pada sel mesofil adalah asam malat dan asam aspartat, sedangkan pada sel seludang berkas adalah 3-phosphoglycerate acid (3-PGA), sukrosa, dan pati (Salisbury dan Ross, 1995).
Produk berupa asam malat dan asam aspartat yang dihasilkan oleh sel mesofil dengan cepat ditransfer ke sel seludang berkas, dan pada sel ini asam empat karbon tersebut mengalami dekarboksilasi dengan melepaskan CO2 yang kemudian ditambat oleh Rubisco untuk dirubah menjadi 3-PGA. Selain mekanisme tersebut, sel seludang berkas tanaman C-4 secara anatomi lebih tebal dibandingkan sel seludang berkas tanaman C-3 sehingga lebih banyak mengandung kloroplas, mitokondria, dan organel lain yang berperan sangat penting dalam proses fotosintesis (Salisbury dan Ross, 1995; Orsenigo et al., 1997; Taiz dan Zeiger, 2002).
Karakteristik tanaman C-4 yaitu pada penyinaran tinggi dan suhu panas tanaman ini mampu berfotosintesis lebih cepat sehingga menghasilkan biomassa yang lebih banyak dibandingkan tanaman C-3 (Salisbury dan Ross, 1995). Selain sebagai tanaman C-4, tingginya produktivitas tanaman sorgum juga didukung oleh fakta bahwa permukaan daunnya dilapisi oleh lilin yang dapat mengurangi laju transpirasi dan mempunyai sistem perakaran yang ekstensif. Kedua faktor ini menjadikan sorgum sangat efisien dan efektif dalam pemanfaatan air (House, 1985), sehingga produktivitas biomassa sorgum lebih tinggi dibandingkan jagung atau tebu yang sama-sama tanaman C-4 (Hoeman, 2007).
Keunggulan proses fisiologi tanaman sorgum lainnya adalah memiliki gen pengendali untuk berada dalam kondisi stay-green sejak fase pengisisan biji. Fenomena stay-green ini berhubungan dengan kandungan nitrogen daun spesifik (specific leaf nitrogen) yang lebih tinggi sehingga mampu meningkatkan efisiensi penggunaan radiasi dan transpirasi (Borrel et al., 2005). Fisiologi stay-green pada akhirnya mampu memperlambat proses senescen pada daun (Mahalakshmi dan Bidinger, 2002) sehingga tanaman sorgum mampu mengelola batang dan daunnya tetap hijau walaupun pasokan air sangat terbatas (Borrel et al., 2006).
Kemampuan sorgum beradaptasi pada kondisi kekeringan tidak terlepas dari karakter morfologi dan fisiologi di atas,sehingga sorgum dikenal sebagai tanaman yang toleran terhadap kekeringan. Beberapa karakter penting yang terdapat pada tanaman sorgum menurut SFSA (2003) adalah:
1. Menghasilkan akar yang lebih banyak dibandingkan tanaman serealia lainnya
2. Daun mempunyai lapisan lilin dan kemampuan menggulung sehingga meningkatkan efisiensi transpirasi, dapat dorman selama kekeringan dan tumbuh kembali ketika kondisi favorable, tanaman bagian atas (tajuk) akan tumbuh hanya setelah sistem perakaran berkembang dengan baik,
3. Mampu berkompetisi dengan bermacam-macam jenis gulma, dan
4. Mempunyai laju fotosintesis yang lebih tinggi dibandingkan tanaman serealia lainnya.
BAB. III BUDIDAYA
3.1. Persiapan Lahan
Kegiatan penyiapan lahan dilakukan sebagai media tempat pertumbuhan tanaman pangan sorgum secara optimal. Tujuannya adalah mempersiapkan lahan yang baik agar tanaman sorgum mendapatkan ruang perakaran yang baik, memperbaiki struktur tanah, memperbesar persediaan air, mempercepat pelapukan, meratakan tanah dan memberantas gulma. Adapun alat dan bahan yang diperlukan untuk membuka lahan adalah:
1. Kertas/alat tulis/penggaris
2. Bambu/golok/pisau
3. Cangkul/sekop/garpu
4. Meteran
5. Tali
6. Sprayer
7. Mikroskop untuk meneliti kandungan media tanam
7. Pupuk kandang secukupnya
Adapun prosedur pelaksanaan meliputi kegiatan:
1. Buat sketsa lahan dan lakukan pengukuran luas lahan yang ditentukan
2. Lakukan pengaplingan sesuai dengan kontur dan arah sinar matahari
3. Ukurlah, masing-masing lahan perkelompok berukuran 300x300 cm, dengan lebar drainase 50 cm.
4. Lakukan penebangan tanaman yang tidak diiginkan
5. Bersihkan gulma dengan herbisida atau menggunakan cara konvensional
6. Lakukan pemotongan pohon tanaman yang tidak diiginkan menjadi bagian–bagian kecil dan mengikat untuk memudahkan pengangkutan
7. Babat dan congkel akar pada lahan bersemak belukar
8. Kumpulkan sisa-sisa hasil pembersihan di luar lokasi kebun
9. Campur pupuk kandang pada tanah lapisan atas seberat 1 karung, campur menggunakan cangkul.
10. Lakukan pembumbunan, dengan ketinggian bedengan berkisar 30 cm. Tujuan dari pembumbunan adalah supaya tanah dapat menyerap kandungan unsur hara.
11. Tetapkan titik-titik calon lubang tanam sorgum menggunakan ajir dengan jarak antar lubang 65 cm.
12. Buat lubang tanam antar kangkung menggunakan ajir dengan jarak 15 cm. Jarak sorgum dengan kangkung berjarak 25 cm.
13. Jarak sorgum pertama (pinggir) dengan batas bedengan adalah 20 cm. Jadi, dapat dikalkulasikan, satu lahan menampung 25 sorgum.
13. Biarkan lahan kosong dalam waktu seminggu
3.2. Syarat Tumbuh
3.2.1. Sorgum
Tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan dilahan kurang subur, air yang terbatas dan masukkan (input) yang rendah, bahkan dilahan yang berpasirpun sorgum dapat dibudidayakan. Namun apabila ditanam pada daerah yang berketinggian diatas 500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang. Menurut hasil penelitian, lahan yang cocok untuk pertumbuhan yang optimum untuk pertanaman sorgum adalah :
1. Suhu optimum 23° 30°
2. Kelembaban relatif 20% 40%
3. Suhu tanah ± 25° C
4. Ketinggian ≤ 800 m dpl
5. Curah hujan 375 – 425 mm/th
6. pH 5,0 – 7,5
3.2.2. Kangkung
Syarat tumbuh tanaman kangkung cukup mudah. Yang terpenting dari penanaman kangkung adalah kondisi lahan yang selalu basah. Kangkung yang digunakan pada praktek ini adalah jenis kangkung darat. Walaupun demikian, jenis tanaman kangkung selalu membutuhkan pasokan air yang lebih dibanding sorgum.
3.3. Penanaman
3.3.1. Sorgum
Sorgum dapat ditanam pada sembarang musim asalkan pada saat tanaman muda tidak tergenang atau kekeringan. Namun, waktu tanam yang baik adalah pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau.
Kebutuhan benih untuk bertanam sorgum untuk lahan 3x3m berkisar 50 biji dengan jarak tanam 65 cm x 65 cm tergantung tingkat kesuburan tanah. Menanam sorgum dapat dilakukan dengan cara ditugal atau langsung menggunakan tangan seperti halnya menanam jagung,. Lubang tanam diisi sekitar 2 biji benih, kemudian ditambah sedikit furadan. Tujuan ditambahkannya furadan ini adalah supaya benih sorgum manis tidak dirusak oleh semut. Kemudian ditutup dengan tanah ringan. Setelah selesai menanam, lahan kemudian disiram.
3.3.2. Kangkung
Hampir sama dengan spesifikasi penanaman sorgum, penanaman kangkung juga tidak membutuhkan syarat tertentu dalam waktu penanaman. Tanaman kangkung dapat ditanam dalam keadaan segala musim.
Jarak antar benih kangkung adalah 15 cm x 15 cm, dengan jumlah benih dalam satu lubang bisa ditoleransi sekitar tiga atau empat bibit. Cara penanaman kangkung yang digunakan oleh kelompok 14 adalah menggunakan teknik jari. Setelah benih kangkung diisi, langsung ditutup dengan tanah ringan, kemudian disiram.
3.4. Pemeliharaan
3.4.1. Pemupukan
Sebaiknya pemupukan diberikan secara lengkap (NPK) agar produksi yang dihasilkan cukup tinggi. Dosis pemupukan yang diberikan berbeda-beda tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan varietas yang ditanam, tetapi secara umum dosis yang dianjurkan adalah 135 gr urea, 90 gr TSP atau SP36 san 45 gr KCL untuk lahan ukuran 3 x 3 m. Dengan dosis 10 liter air di campur dengan pupuk urea dan KCL secara bersamaan dan pupuk TSP secara terpisah. Kemudian pupuk diberi secukupnya pada tanaman. Pemberian pupuk harus di lakukan dengan hati-hati agar tidak terkena daun, karena apabila terkena daun, daun akan terbakar.
3.4.2. Penyiangan
Jenis penyiangan yang dilakukan adalah penyiangan dengan cara fisik. Yakni dengan mencabut tumbuhan pengganggu (gulma) sampai perakarannya secara hati-hati, agar tidak mengganggu perakaran tanaman budidaya.
Keberadaan gulma akan menjadi pesaing bagi tanaman utama dalam mendapatkan air dan unsur hara yang ada di dalam tanah atau bahkan menjadi tempat hama atau penyakit. Oleh sebab itu gulma harus secara rutin disiangi. Gulma yang telah dicabut sebaiknya ditampung atau dikubur di suatu tempat agar membusuk sehingga kemudian dapat dijadikan kompos.
3.4.3. Pembumbunan
Pembubunan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah disekitar tanaman sorgum, kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang tanaman sorgum sehingga membentuk guludan-guludan kecil yang bertujuan untuk mengokohkan batang tanaman agar tidak mudah rebah dan merangsang terbentuknya akar-akar baru pada pangkal batang.
3.4.4. Data Pertumbuhan Sorgum dan Kangkung
Setelah dipilih sampel sorgum dan kangkung secara acak, maka berikut adalah data pertumbuhan sorgum dan kangkung dari hasil praktikum kelompok 14.
3.5. Pengendalian Hama dan Penyakit
3.5.1. Pestisida Nabati
Jenis pestisida yang digunakan adalah pestisida organic atau nabati. Penggunaan pestisida jenis ini, dikarenakan karena banyaknya dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia, antara lain:
1. Hama menjadi kebal (resisten)
2. Peledakan hama baru (resurjensi)
3. Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen
4. Terbunuhnya musuh alami
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan yang sebenarnya yang ada di sekitar kita. Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif murah apabila dibandingkan dengan pestisida kimia. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu:
1. Merusak perkembangan telur, larva dan pupa
2. Menghambat penggantian kulit
3. Mengganggu komunikasi serangga
4. Menyebabkan serangga menolak makan
5. Menghambat reproduksi serangga betina
6. Mengurangi nafsu makan
7. Memblokir kemampuan makan serangga
8. Mengusir serangga
9. Menghambat perkembangan patogen penyakit
Ada dua jenis pestisida nabati yang digunakan, yaitu:
1. Pestisida Nabati “Daun Pepaya”
Daun pepaya mengandung bahan aktif “Papain”, sehingga efektif untuk mengendalikan “ulat dan hama penghisap”. Cara Pembuatannya:
a. Sebanyak 1 kg daun pepaya segar di rajang
b. Hasil rajangan di rendam dalam 10 liter air, 2 sendok makan minyak tanah, 30 gr detergen, diamkan semalam.
c. Saring larutan hasil perendaman dengan kain halus.
d. Langkah terakhir semprotkan larutan hasil saringan ke tanaman.
2. Pestisida Nabati ”Daun Sirsak”
Daun sirsak mengandung bahan aktif “Annonain dan Resin “. Efektif untuk mengendalikan hama ” Trip “ Cara Pembuatan:
a. Tumbuk halus 50 – 100 lembar daun sirsak
b. Rendam dalam 5 liter air, + 15 gr detergen, aduk rata dan diamkan semalam.
c. Saring dengan kain halus
d. Dicairkan kembali 1 liter larutan pestisida dengan 10 – 15 liter air
e. Siap disemprotkan ke tanaman.
3.5.2. Jenis Hama dan Penyakit
1. Colletortichum gramini colum (Ces.) G.W. Wild (Penyakit Bercak Daun)
Penyakit ini menyebabkan bercak pada daun dengan warna kemerah-merahan atau keungu-unguan dan menyebabkan busuk merah pada batang dimana jaringan bagian dalam buku berair dan berubah warnanya. Penyakit ini menyebar secara luas. Bercak daun mengakibatkan daun mengering, karena itu butir menjadi hampa, sementara busuk merah menyebabkan batang berair dan patah.
2. Helmithosporium turcicum Pass (Penyakit Blight)
Penyakit ini menyerang sorgum secara luas, terutama pada kondisi yang lembab. Serangan penyakit ini menimbulkan bintik-bintik ungu kemerah-merahan atau kecoklatan yang akhirnya menyatu. Penyakit blight daun dapat menyerang pembibitan maupun tanaman dewasa. Kultivar yang resisten belum diketahui.
3. Puccinia purpurea Cooke
Penyakit karat sering terjadi secara luas pada sorgum tetapi pertumbuhan penyakit tidak berlangsung lagi apabila tanaman sorgum telah mencapai dewasa.
4. Atherigona varia Soccata (Rond.) (Lalat Bibit Sorgum).
Hama ini merupakan hama yang utama di daerah tropis. Prinsip pengendaliannya adalah dengan penanaman pada waktunya (tanam serempak) dan menanam kultivar yang mempunyai kemampuan memulihkan luka setelah diserang.
5. Prodenia Litura F. (Ulat dawn).
Pengendaliannya dengan menggunakan insektisida dengan jenis dan dosis yang dianjurkan.
3.6. Stek
3.6.1. Pengertian Stek
Stek adalah cara perkembangbiakan vegetatif (tidak kawin) yang di lakukan pada tanaman. Mengembangbiakkan tanaman dengan cara stek ini tergolong cukup mudah karena tidak perlu melakukan teknik- teknik khusus, seperti pada stek ketela pohon misalnya, yang perlu di lakukan hanyalah memotong salah satu bagian pada tanaman kemudian menempelkannya pada tumbuhan lain yang ingin di stek.
Perkembangbiakan dengan stek sendiri dapat di bedakan menjadi dua yaitu stek batang dan stek daun. Pada stek batang, tanaman yang ingin di stek terlebih dahulu di potong batangnya kemudian di sambung dengan batang tanaman lain. Stek batang biasa di sebut dengan 'menyambung'. Contoh stek batang adalah pada tanaman ketela pohon, bunga mawar, dan tanaman-tanaman lain.
Sedangkan pada stek daun cara perkembangbiakannya lebih mudah lagi. Yaitu cukup memetik daun tanaman tersebut kemudian di tempelkan atau di tanam di atas tanah, maka tunas-tunas baru akan tumbuh. Contoh stek daun adalah pada tanaman bunga cocor bebek, sri rejeki, dll.
Pada praktikum ini, jenis stek yang dilakukan adalah stek batang pada tanaman bunga pucuk merah. Cara yang lazim digunakan adalah perbanyakan dengan cara setek batang dari batang panenan sebelumnya. Stek yang baik diambil dari batang bagian tengah tanaman pucuk merah, agar matanya tidak terlalu tua maupun tidak terlalu tua. Batang yang baik berdiameter 0.2-1 cm. Pemotongan batang stek dapat dilakukan dengan menggunakan pisau atau sabit yang tajam dan steril. Potongan batang untuk stek yang baik adala 3-4 ruas mata. Bagian bawah dari batang stek dipotong miring dengan maksud untuk menambah dan memperluas daerah perakaran.
3.6.2. ZPT Organik
ZPT adalah suatu zat yang dapat merangsang pertumbuhan suatu tanaman, baik itu pertumbuhan akar, daun, buah, atau bunga. Pada praktikum, ZPT yang digunakan adalah jenis ZPT Organik, dengan menggunakan sari tauge yang sudah dihaluskan. ZPT yang berasal dari tauge ini mengandung hormon auksin, yang akan merangsang tumbuhnya akar pada tanaman stek.
Beberapa tanaman yang bisa digunakan untuk membuat Homon/ ZPT adalah:
1. Untuk membuat ZPT auksin, kita bisa gunakan tauge.
2. Untuk membuat ZPT giberelin kita bisa gunakan biji jagung dan rebung.
3. Untuk membuat ZPT sitokinin kita bisa gunakan air kelapa dan bonggol pisang
3.7. Panen
3.7.1. Sorgum
Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal, waktu musim penanaman diusahakan tepat sehingga pada saat pemasakan biji sampai panen berada pada musim kering. Karena apabila pada waktu pemasakan pada musim hujan dikhawatirkan banyak biji yang busuk dan berkecambah. Kualitas dan kuantitas hasil panenan sorgum sangat ditentukan oleh ketepatan waktu (baik tanam maupun panen), cara panen dan penanganan pasca panen.
Tanaman sorgum sudah dapat dipanen pada umur 3-4 bulan tergantung varietas. Penentuan saat panen sorgum dapat dilakukan dengan berpedoman pada umur setelah biji terbentuk atau dengan melihat ciri-ciri visual biji. Pemanenan juga dapat dilakukan setelah terlihat adanya ciri-ciri seperti daun-daun berwarna kuning dan mengering, biji-biji bernas dan keras serta berkadar tepung maksimal.
Panen yang dilakukan terlambat atau melampaui stadium buah tua dapat menurunkan kualitas biji. Biji-biji akan mulai berkecambah bila kelembaban udara cukup tinggi. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada keadaan cuaca cerah/terang.Pada saat pemanenan sebaiknya pemotongan dilakukan pada pangkal tangkai/malai buah sorgum dengan panjang sekitar 15-25 cm.
3.7.2. Kangkung
Pemanenan kangkung berlangsung lebih cepat, karena siklus tumbuh kangkung yang tidak lama. Biasanya, jika pemberian air dan pembumbunan dilakukan pada kangkung secara berkala dan teratur, maka dalam waktu 4 atau 5 minggu, kangkung sudah dapat dipanen. Kangkung yang sudah dipanen, diganti lagi dengan benih kangkung baru, supaya menghindari kekosongan lahan.
3.8. Pasca Panen
3.8.1. Sorgum
1. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dijemur dibawah sinar matahari atau dengan menggunakan mesin pengering. Lama penjemuran hingga biji sorgum berkadar air 12%-14% adalah sekitar 60 jam.
2. Perontokkan
Biji sorgum dirontokan dari malainya dengan cara diirik atau dapat pula dengan menggunakan mesin perontok. Biji sorgum dibersihkan dari kotoran atau limbah (sekam) kemudian dijemur ulang dengan disebarkan secara merata diatas lantai jemur.
3. Pewadahan dan Penyimpanan
Biji sorgum segera diwadahi dalam karung,tiap karung sebaiknya berkapasitas 25kg-50kg,kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan yang kering dan berventilasi baik.
3.8.2. Kangkung
Kangkung yang sudah dipanen hanya dapat bertahan dalam waktu dua hari. Jika memungkinkan, kangkung dapat disimpan didalam lemari kulkas, untuk memperpanjang waktu penyimpanannya. Setelah kangkung dipanen, bilas akar kangkung dengan air bersih, untuk menghindari hama atau penyakit yang berada di akar yang bisa merusak kangkung.
BAB. IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman pangan penting kelima di dunia setelah padi, gandum, jagung dan barley (Reddy et al.2007a). Daerah asal tanaman sorgum baik spesies liar maupun spesies budidaya ditemukan di Afrika. Hingga saat ini 90% luas lahan pertanaman berada diwilayah Afrika dan Asia (Acquaah 2007).
Tanaman sorgum di Indonesia sebenarnya sudah sejak lama dikenal tetapi pengembangannya tidak sebaik padi dan jagung, hal ini dikarenakan masih sedikitnya daerah yang memanfaatkan tanaman sorgum sebagai bahan pangan. Tanaman ini mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan secara komersial di Indonesia, karena didukung oleh kondisi agroekologis dan ketersediaan lahan yang cukup luas.
Sorgum juga sangat potensial untuk diangkat menjadi komoditas agroindustri karena mempunyai beberapa keunggulan seperti dapat tumbuh di lahan kering dan sawah pada musim kering/ kemarau,resiko kegagalan kecil dan pembiayaan (input) usahataninya relatif rendah. Selain budidaya yang mudah, sorgum juga mempunyai manfaat yang sangat luas antara lain untuk pakan ternak, bahan baku industri makanan dan minuman, bahan baku untuk media jamur merang (mushroom), industri alkohol, bahan baku etanol dan sebagainya.
4.2. Saran
1. Pratikum sebaiknya di lakukan dengan sungguh-sungguh agar dapat bermanfaat bagi pratikan.
2. Fasilitas, baik itu sarana dan prasarana supaya lebih lengkap, agar pratikum dapat sesuai procedural, dan tentunya berjalan lancar.
3. Terjalinnya hubungan kerjasama antara asisten dengan pratikan, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.
7. Pupuk kandang secukupnya
Adapun prosedur pelaksanaan meliputi kegiatan:
1. Buat sketsa lahan dan lakukan pengukuran luas lahan yang ditentukan
2. Lakukan pengaplingan sesuai dengan kontur dan arah sinar matahari
3. Ukurlah, masing-masing lahan perkelompok berukuran 300x300 cm, dengan lebar drainase 50 cm.
4. Lakukan penebangan tanaman yang tidak diiginkan
5. Bersihkan gulma dengan herbisida atau menggunakan cara konvensional
6. Lakukan pemotongan pohon tanaman yang tidak diiginkan menjadi bagian–bagian kecil dan mengikat untuk memudahkan pengangkutan
7. Babat dan congkel akar pada lahan bersemak belukar
8. Kumpulkan sisa-sisa hasil pembersihan di luar lokasi kebun
9. Campur pupuk kandang pada tanah lapisan atas seberat 1 karung, campur menggunakan cangkul.
10. Lakukan pembumbunan, dengan ketinggian bedengan berkisar 30 cm. Tujuan dari pembumbunan adalah supaya tanah dapat menyerap kandungan unsur hara.
11. Tetapkan titik-titik calon lubang tanam sorgum menggunakan ajir dengan jarak antar lubang 65 cm.
12. Buat lubang tanam antar kangkung menggunakan ajir dengan jarak 15 cm. Jarak sorgum dengan kangkung berjarak 25 cm.
13. Jarak sorgum pertama (pinggir) dengan batas bedengan adalah 20 cm. Jadi, dapat dikalkulasikan, satu lahan menampung 25 sorgum.
13. Biarkan lahan kosong dalam waktu seminggu
3.2. Syarat Tumbuh
3.2.1. Sorgum
Tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan dilahan kurang subur, air yang terbatas dan masukkan (input) yang rendah, bahkan dilahan yang berpasirpun sorgum dapat dibudidayakan. Namun apabila ditanam pada daerah yang berketinggian diatas 500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang. Menurut hasil penelitian, lahan yang cocok untuk pertumbuhan yang optimum untuk pertanaman sorgum adalah :
1. Suhu optimum 23° 30°
2. Kelembaban relatif 20% 40%
3. Suhu tanah ± 25° C
4. Ketinggian ≤ 800 m dpl
5. Curah hujan 375 – 425 mm/th
6. pH 5,0 – 7,5
3.2.2. Kangkung
Syarat tumbuh tanaman kangkung cukup mudah. Yang terpenting dari penanaman kangkung adalah kondisi lahan yang selalu basah. Kangkung yang digunakan pada praktek ini adalah jenis kangkung darat. Walaupun demikian, jenis tanaman kangkung selalu membutuhkan pasokan air yang lebih dibanding sorgum.
3.3. Penanaman
3.3.1. Sorgum
Sorgum dapat ditanam pada sembarang musim asalkan pada saat tanaman muda tidak tergenang atau kekeringan. Namun, waktu tanam yang baik adalah pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau.
Kebutuhan benih untuk bertanam sorgum untuk lahan 3x3m berkisar 50 biji dengan jarak tanam 65 cm x 65 cm tergantung tingkat kesuburan tanah. Menanam sorgum dapat dilakukan dengan cara ditugal atau langsung menggunakan tangan seperti halnya menanam jagung,. Lubang tanam diisi sekitar 2 biji benih, kemudian ditambah sedikit furadan. Tujuan ditambahkannya furadan ini adalah supaya benih sorgum manis tidak dirusak oleh semut. Kemudian ditutup dengan tanah ringan. Setelah selesai menanam, lahan kemudian disiram.
3.3.2. Kangkung
Hampir sama dengan spesifikasi penanaman sorgum, penanaman kangkung juga tidak membutuhkan syarat tertentu dalam waktu penanaman. Tanaman kangkung dapat ditanam dalam keadaan segala musim.
Jarak antar benih kangkung adalah 15 cm x 15 cm, dengan jumlah benih dalam satu lubang bisa ditoleransi sekitar tiga atau empat bibit. Cara penanaman kangkung yang digunakan oleh kelompok 14 adalah menggunakan teknik jari. Setelah benih kangkung diisi, langsung ditutup dengan tanah ringan, kemudian disiram.
3.4. Pemeliharaan
3.4.1. Pemupukan
Sebaiknya pemupukan diberikan secara lengkap (NPK) agar produksi yang dihasilkan cukup tinggi. Dosis pemupukan yang diberikan berbeda-beda tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan varietas yang ditanam, tetapi secara umum dosis yang dianjurkan adalah 135 gr urea, 90 gr TSP atau SP36 san 45 gr KCL untuk lahan ukuran 3 x 3 m. Dengan dosis 10 liter air di campur dengan pupuk urea dan KCL secara bersamaan dan pupuk TSP secara terpisah. Kemudian pupuk diberi secukupnya pada tanaman. Pemberian pupuk harus di lakukan dengan hati-hati agar tidak terkena daun, karena apabila terkena daun, daun akan terbakar.
3.4.2. Penyiangan
Jenis penyiangan yang dilakukan adalah penyiangan dengan cara fisik. Yakni dengan mencabut tumbuhan pengganggu (gulma) sampai perakarannya secara hati-hati, agar tidak mengganggu perakaran tanaman budidaya.
Keberadaan gulma akan menjadi pesaing bagi tanaman utama dalam mendapatkan air dan unsur hara yang ada di dalam tanah atau bahkan menjadi tempat hama atau penyakit. Oleh sebab itu gulma harus secara rutin disiangi. Gulma yang telah dicabut sebaiknya ditampung atau dikubur di suatu tempat agar membusuk sehingga kemudian dapat dijadikan kompos.
3.4.3. Pembumbunan
Pembubunan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah disekitar tanaman sorgum, kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang tanaman sorgum sehingga membentuk guludan-guludan kecil yang bertujuan untuk mengokohkan batang tanaman agar tidak mudah rebah dan merangsang terbentuknya akar-akar baru pada pangkal batang.
3.4.4. Data Pertumbuhan Sorgum dan Kangkung
HST | Tinggi Tanaman (cm) | Jumlah Daun (helai) | Diameter Batang (cm) | ||||||
I | II | III | I | II | III | I | II | III | |
Sorgum 1 | 18 | 45 | 60 | 4 | 6 | 8 | 0.5 | 0.8 | 1.1 |
Sorgum 2 | 30 | 50 | 80 | 5 | 6 | 7 | 0.4 | 0.8 | 1.8 |
Sorgum 3 | 31 | 57 | 87 | 5 | 6 | 7 | 0.6 | 1.2 | 2.4 |
Sorgum 4 | 27 | 46 | 77 | 5 | 7 | 7 | 0.4 | 1.3 | 2.5 |
Sorgum 5 | 27 | 38 | 67 | 5 | 6 | 6 | 0.6 | 1 | 1.4 |
Kangkung 1 | 13 | 27 | 38 | 7 | 13 | 14 | 0.2 | 1.1 | 1.8 |
Kangkung 2 | 11.5 | 23.5 | 38 | 7 | 11 | 11 | 0.2 | 0.3 | 0.7 |
Kangkung 3 | 7.5 | 11 | 12 | 5 | 8 | 8 | 0.2 | 0.3 | 0.4 |
Kangkung 4 | 10 | 25 | 32 | 6 | 11 | 11 | 0.2 | 0.3 | 0.5 |
Kangkung 5 | 10 | 26 | 31 | 5 | 9 | 10 | 0.2 | 0.3 | 0.5 |
Setelah dipilih sampel sorgum dan kangkung secara acak, maka berikut adalah data pertumbuhan sorgum dan kangkung dari hasil praktikum kelompok 14.
3.5. Pengendalian Hama dan Penyakit
3.5.1. Pestisida Nabati
Jenis pestisida yang digunakan adalah pestisida organic atau nabati. Penggunaan pestisida jenis ini, dikarenakan karena banyaknya dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia, antara lain:
1. Hama menjadi kebal (resisten)
2. Peledakan hama baru (resurjensi)
3. Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen
4. Terbunuhnya musuh alami
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan yang sebenarnya yang ada di sekitar kita. Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif murah apabila dibandingkan dengan pestisida kimia. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu:
1. Merusak perkembangan telur, larva dan pupa
2. Menghambat penggantian kulit
3. Mengganggu komunikasi serangga
4. Menyebabkan serangga menolak makan
5. Menghambat reproduksi serangga betina
6. Mengurangi nafsu makan
7. Memblokir kemampuan makan serangga
8. Mengusir serangga
9. Menghambat perkembangan patogen penyakit
Ada dua jenis pestisida nabati yang digunakan, yaitu:
1. Pestisida Nabati “Daun Pepaya”
Daun pepaya mengandung bahan aktif “Papain”, sehingga efektif untuk mengendalikan “ulat dan hama penghisap”. Cara Pembuatannya:
a. Sebanyak 1 kg daun pepaya segar di rajang
b. Hasil rajangan di rendam dalam 10 liter air, 2 sendok makan minyak tanah, 30 gr detergen, diamkan semalam.
c. Saring larutan hasil perendaman dengan kain halus.
d. Langkah terakhir semprotkan larutan hasil saringan ke tanaman.
2. Pestisida Nabati ”Daun Sirsak”
Daun sirsak mengandung bahan aktif “Annonain dan Resin “. Efektif untuk mengendalikan hama ” Trip “ Cara Pembuatan:
a. Tumbuk halus 50 – 100 lembar daun sirsak
b. Rendam dalam 5 liter air, + 15 gr detergen, aduk rata dan diamkan semalam.
c. Saring dengan kain halus
d. Dicairkan kembali 1 liter larutan pestisida dengan 10 – 15 liter air
e. Siap disemprotkan ke tanaman.
3.5.2. Jenis Hama dan Penyakit
1. Colletortichum gramini colum (Ces.) G.W. Wild (Penyakit Bercak Daun)
Penyakit ini menyebabkan bercak pada daun dengan warna kemerah-merahan atau keungu-unguan dan menyebabkan busuk merah pada batang dimana jaringan bagian dalam buku berair dan berubah warnanya. Penyakit ini menyebar secara luas. Bercak daun mengakibatkan daun mengering, karena itu butir menjadi hampa, sementara busuk merah menyebabkan batang berair dan patah.
2. Helmithosporium turcicum Pass (Penyakit Blight)
Penyakit ini menyerang sorgum secara luas, terutama pada kondisi yang lembab. Serangan penyakit ini menimbulkan bintik-bintik ungu kemerah-merahan atau kecoklatan yang akhirnya menyatu. Penyakit blight daun dapat menyerang pembibitan maupun tanaman dewasa. Kultivar yang resisten belum diketahui.
3. Puccinia purpurea Cooke
Penyakit karat sering terjadi secara luas pada sorgum tetapi pertumbuhan penyakit tidak berlangsung lagi apabila tanaman sorgum telah mencapai dewasa.
4. Atherigona varia Soccata (Rond.) (Lalat Bibit Sorgum).
Hama ini merupakan hama yang utama di daerah tropis. Prinsip pengendaliannya adalah dengan penanaman pada waktunya (tanam serempak) dan menanam kultivar yang mempunyai kemampuan memulihkan luka setelah diserang.
5. Prodenia Litura F. (Ulat dawn).
Pengendaliannya dengan menggunakan insektisida dengan jenis dan dosis yang dianjurkan.
3.6. Stek
3.6.1. Pengertian Stek
Stek adalah cara perkembangbiakan vegetatif (tidak kawin) yang di lakukan pada tanaman. Mengembangbiakkan tanaman dengan cara stek ini tergolong cukup mudah karena tidak perlu melakukan teknik- teknik khusus, seperti pada stek ketela pohon misalnya, yang perlu di lakukan hanyalah memotong salah satu bagian pada tanaman kemudian menempelkannya pada tumbuhan lain yang ingin di stek.
Perkembangbiakan dengan stek sendiri dapat di bedakan menjadi dua yaitu stek batang dan stek daun. Pada stek batang, tanaman yang ingin di stek terlebih dahulu di potong batangnya kemudian di sambung dengan batang tanaman lain. Stek batang biasa di sebut dengan 'menyambung'. Contoh stek batang adalah pada tanaman ketela pohon, bunga mawar, dan tanaman-tanaman lain.
Sedangkan pada stek daun cara perkembangbiakannya lebih mudah lagi. Yaitu cukup memetik daun tanaman tersebut kemudian di tempelkan atau di tanam di atas tanah, maka tunas-tunas baru akan tumbuh. Contoh stek daun adalah pada tanaman bunga cocor bebek, sri rejeki, dll.
Pada praktikum ini, jenis stek yang dilakukan adalah stek batang pada tanaman bunga pucuk merah. Cara yang lazim digunakan adalah perbanyakan dengan cara setek batang dari batang panenan sebelumnya. Stek yang baik diambil dari batang bagian tengah tanaman pucuk merah, agar matanya tidak terlalu tua maupun tidak terlalu tua. Batang yang baik berdiameter 0.2-1 cm. Pemotongan batang stek dapat dilakukan dengan menggunakan pisau atau sabit yang tajam dan steril. Potongan batang untuk stek yang baik adala 3-4 ruas mata. Bagian bawah dari batang stek dipotong miring dengan maksud untuk menambah dan memperluas daerah perakaran.
3.6.2. ZPT Organik
ZPT adalah suatu zat yang dapat merangsang pertumbuhan suatu tanaman, baik itu pertumbuhan akar, daun, buah, atau bunga. Pada praktikum, ZPT yang digunakan adalah jenis ZPT Organik, dengan menggunakan sari tauge yang sudah dihaluskan. ZPT yang berasal dari tauge ini mengandung hormon auksin, yang akan merangsang tumbuhnya akar pada tanaman stek.
Beberapa tanaman yang bisa digunakan untuk membuat Homon/ ZPT adalah:
1. Untuk membuat ZPT auksin, kita bisa gunakan tauge.
2. Untuk membuat ZPT giberelin kita bisa gunakan biji jagung dan rebung.
3. Untuk membuat ZPT sitokinin kita bisa gunakan air kelapa dan bonggol pisang
3.7. Panen
3.7.1. Sorgum
Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal, waktu musim penanaman diusahakan tepat sehingga pada saat pemasakan biji sampai panen berada pada musim kering. Karena apabila pada waktu pemasakan pada musim hujan dikhawatirkan banyak biji yang busuk dan berkecambah. Kualitas dan kuantitas hasil panenan sorgum sangat ditentukan oleh ketepatan waktu (baik tanam maupun panen), cara panen dan penanganan pasca panen.
Tanaman sorgum sudah dapat dipanen pada umur 3-4 bulan tergantung varietas. Penentuan saat panen sorgum dapat dilakukan dengan berpedoman pada umur setelah biji terbentuk atau dengan melihat ciri-ciri visual biji. Pemanenan juga dapat dilakukan setelah terlihat adanya ciri-ciri seperti daun-daun berwarna kuning dan mengering, biji-biji bernas dan keras serta berkadar tepung maksimal.
Panen yang dilakukan terlambat atau melampaui stadium buah tua dapat menurunkan kualitas biji. Biji-biji akan mulai berkecambah bila kelembaban udara cukup tinggi. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada keadaan cuaca cerah/terang.Pada saat pemanenan sebaiknya pemotongan dilakukan pada pangkal tangkai/malai buah sorgum dengan panjang sekitar 15-25 cm.
3.7.2. Kangkung
Pemanenan kangkung berlangsung lebih cepat, karena siklus tumbuh kangkung yang tidak lama. Biasanya, jika pemberian air dan pembumbunan dilakukan pada kangkung secara berkala dan teratur, maka dalam waktu 4 atau 5 minggu, kangkung sudah dapat dipanen. Kangkung yang sudah dipanen, diganti lagi dengan benih kangkung baru, supaya menghindari kekosongan lahan.
3.8. Pasca Panen
3.8.1. Sorgum
1. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dijemur dibawah sinar matahari atau dengan menggunakan mesin pengering. Lama penjemuran hingga biji sorgum berkadar air 12%-14% adalah sekitar 60 jam.
2. Perontokkan
Biji sorgum dirontokan dari malainya dengan cara diirik atau dapat pula dengan menggunakan mesin perontok. Biji sorgum dibersihkan dari kotoran atau limbah (sekam) kemudian dijemur ulang dengan disebarkan secara merata diatas lantai jemur.
3. Pewadahan dan Penyimpanan
Biji sorgum segera diwadahi dalam karung,tiap karung sebaiknya berkapasitas 25kg-50kg,kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan yang kering dan berventilasi baik.
3.8.2. Kangkung
Kangkung yang sudah dipanen hanya dapat bertahan dalam waktu dua hari. Jika memungkinkan, kangkung dapat disimpan didalam lemari kulkas, untuk memperpanjang waktu penyimpanannya. Setelah kangkung dipanen, bilas akar kangkung dengan air bersih, untuk menghindari hama atau penyakit yang berada di akar yang bisa merusak kangkung.
BAB. IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman pangan penting kelima di dunia setelah padi, gandum, jagung dan barley (Reddy et al.2007a). Daerah asal tanaman sorgum baik spesies liar maupun spesies budidaya ditemukan di Afrika. Hingga saat ini 90% luas lahan pertanaman berada diwilayah Afrika dan Asia (Acquaah 2007).
Tanaman sorgum di Indonesia sebenarnya sudah sejak lama dikenal tetapi pengembangannya tidak sebaik padi dan jagung, hal ini dikarenakan masih sedikitnya daerah yang memanfaatkan tanaman sorgum sebagai bahan pangan. Tanaman ini mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan secara komersial di Indonesia, karena didukung oleh kondisi agroekologis dan ketersediaan lahan yang cukup luas.
Sorgum juga sangat potensial untuk diangkat menjadi komoditas agroindustri karena mempunyai beberapa keunggulan seperti dapat tumbuh di lahan kering dan sawah pada musim kering/ kemarau,resiko kegagalan kecil dan pembiayaan (input) usahataninya relatif rendah. Selain budidaya yang mudah, sorgum juga mempunyai manfaat yang sangat luas antara lain untuk pakan ternak, bahan baku industri makanan dan minuman, bahan baku untuk media jamur merang (mushroom), industri alkohol, bahan baku etanol dan sebagainya.
4.2. Saran
1. Pratikum sebaiknya di lakukan dengan sungguh-sungguh agar dapat bermanfaat bagi pratikan.
2. Fasilitas, baik itu sarana dan prasarana supaya lebih lengkap, agar pratikum dapat sesuai procedural, dan tentunya berjalan lancar.
3. Terjalinnya hubungan kerjasama antara asisten dengan pratikan, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.